Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang menjadi ciri khas dari daerah. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Musik tradisional merupakan musik yang bersifat khas dan mencerminkan kebudayaan suatu etnis atau masyarakat. Musik tradisional, baik itu kumpulan komposisi, struktur, idiom dan instrumentasinya serta gaya maupun elemen-elemen dasar komposisinya, seperti ritme, melodi, modus atau tangga nada, tidak diambil dari repertoire atau sistem musikal yang berasal dari luar kebudayaan suatu masyarakat pemilik musik yang dimaksud.
Music tradisional yang ada di Indonesia dan di Daerah NTT khususnya Kabupaten Ende yaitu Feko Genda. Feko Genda merupakan music tradisional yang terdiri dari paduan dua jenis alat music yaitu feko dan genda atau suling dan gendang. Perpaduan dua alat music tersebut menghasilkan alunan instrument yang merdu didengar dan dimainkan oleh beberapa orang sebagai sebagai peniup suling (feko) dan penabuh gendang (genda).
[caption id="attachment_313" align="alignnone" width="800"] Tarian Wanda Pa'u dengan iringan musik feko genda[/caption]
Peralatan Musik Feko Genda pada masyarakat Ende Lio
Seperti yang sudah disinggung di atas, jenis music feko genda merupakan paduan dari dua alat musik yaitu feko (suling) dan Genda (gendang). Secara lokal, kedua jenis alat musik ini dibuat dari bahan atau material yang berasal dari sumber daya alam local.
Feko (Suling)
Feko (suling) bahan pembuatannya berasal dari bambu wuluh (buluh) yang tipis dan dilubangi pada salah satu sisi.
Seruling mampu menghasilkan bunyi kasar, melengking atau seperti suara siulan. Sumber bunyi seruling berada di bagian tak jauh dari puncak kepala. Di situ terdapat lubang tiupan kira-kira sebesar ujung jari. Suara diproduksi ketika dalam posisi melintang, lubang itulah yang kita tiup. Udara kita tiupkan masuk ke dalam tabung, mengalir dan membentur sepanjang dinding tabung yang berfungsi sebagai resonator. Keras lembutnya hembusan akan menghasilkan frekuensi nada yang berbeda-beda, tinggi atau rendah. Tangga nada dapat dihasilkan selain karena variasi kekuatan hembusan juga karena terbuka atau tertutupnya lubang pengatur nada. Jari tangan kanan dan kiri bertugas mengurusi pembukaan dan penutupan lubang itu dengan memencet-mencet tombol yang tersedia. Lubang nada serta tombol pengendali itu berada di bagian tubuh serta kaki seruling
Dikenal beberapa jenis suling yang biasa dimainkan oleh masyarakat ende lio antara lain;
- Feko Jedhu/Nangi : ditiup pada saat tengah malam dengan mengalunkan nada-nada ratap dan cara meniupnya seperti rekorder.
- Feko Bu : ditiup dengan nada-nada improvisasi solis, diiringi dengan beberapa gendang dan jenis suling ini disebut juga suling para gembala.
- Feko Redho : jenis suling ini ditiup secara duet atau trio dengan harmonis pada nada-nada lagu, biasa digunakan untuk arak-arakan pengantin atau acara lainnya.
- Feko Ria : jenis suling ini ditiup secara kelompok dalam paduan nada secara harmonis dalam irama mars atau irama lainnya pada acara pernikahan atau acara resmi lainnya.
- Feko Pupu : suling ini bentuknya agak unik seperti alat pompa dan cara meniupnya dengan menggeser bambu untuk menghasilkan nada bass.
Genda (gendang)
Gendang dalam bahasa ende lio dikenal dengan sebuatan Genda / Albana. Genda / Albana terbuat dari pangkal batang kelapa dan kulit sapi atau kambing. Bentuknya bulatan seperti periuk / podo pada bagian permukaannya.Dalam komposisinya ada tiga jenis dengan jumlah lima buah Genda / albana yaitu :
1.Genda Redhu, ukuran kecil sebanyak dua buah untuk improvisasi
2.Genda Wasa, ukuran sedang sebanyak dua buah untuk ritme
2.Genda Jedhu, ukuran besar sebanyak satu buah untuk bass Musik Genda /Albana biasanya dipadukan dengan suling / Feko atau lagu-lagu untuk mengiringi tarian terutama tarian Wanda Pau dalam suatu acara pernikahan / sunatan dan acara lainnya.
Pada masyarakat ende lio, music feko genda (suling gendang) sering dimainkan dalam acara-acara yang bernuansa riang gembira misalnya pernikahan, penyambutan tamu ataupun acara-acara lain yang bernuansa ungkapan kegembiraan untuk mengiringi tarian-tarian seperti wanda pa’u, maupun toja pala. Namun dalam perkembangnnya eksistensi music feko genda (suling gendang) tidak sepopuler music-musik modern saat ini seperti dangdut, pop, reggae, rock, ska ataupun dj remix. Hanya beberapa orang yang masih memainkan music ini dan biasanya kalangan tua.
[caption id="attachment_301" align="alignnone" width="1500"] Group Musik Suling/Feko Genda Nuakota-Ndona[/caption]
Sebagai contoh di wilayah Ndona Kabupaten Ende, saat ini musik suling gendang (feko genda) dimainkan oleh kalangan orang tua yang masih mempertahankan eksistensi jenis music ini. Terdapat dua group music suling yang masih eksis di Ndona yaitu group music suling Nuakota yang berada di Desa Manulondo dan Group music suling Radaara yang berada di Kelurahan Onelako. Kedua group music feko genda tersebut sudah sering tampil di berbagai acara yang digelar baik dari pemerintahan, partai politik maupun dalam acara-acara pernikahan untuk mengiringi pengantin maupun tarian wanda pa’u.
[caption id="attachment_314" align="alignnone" width="800"] Musik Feko Genda Mengiringi Pengantin menuju pelaminan[/caption]
Bagi masyarakat ndona khususnya, suatu acara pernikahan jika tanpa diiringi dengan music feko genda maka acara tersebut tidak meriah ibarat sayur tanpa garam. Sehingga disaat acara pernikahan baik dari kalangan muslim maupun katolik selalu diiringi dengan musik feko genda. Untuk menyambut prosesi pernikahan maka pada malam hari keluarga yang melangsungkan acara tersebut mengundang group music feko genda yang secara seremonial adat genda/albana akan ditabuh terlebih dahulu oleh mosalaki dan edaembu dari pengantin wanita. Selanjutnya akan ditabuh oleh group feko genda yang mengiringi tarian wanda pa’u dari bapak-bapak maupun ibu-ibu dan para muda-mudi.
OLEH : IHSAN . D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Beri Komentarnya