Kamis, 31 Desember 2015

RENUNGAN AKHIR TAHUN


Sejenak, kita pejamkan mata dan berdiam diri, dalam suasana yang hening sambil merefleksi perjalanan hidup kita selama ini. Hadirkanlah semua kenangan suka dan duka dalam pikiran kita baik …...
Bayangkanlah peristiwa-peristiwa yang telah lewat dalam pikiran kita hadirkanlah orang-orang yang berperan dalam kehidupan  kita/sekali lagi marilah kita hening dalam kegelapan…………..
Tidak terasa detik waktu terus berputar, hari berganti berganti hari, bulan berganti bulan dan waktu terus berlalu dalam peraduannya…… 
Kita merenung sepertinya hari-hari berlalu tanpa kesan apa2, tanpa sesuatu yang berarti, tanpa menghasilkan apa-apa. …..
Namun yang pasti dengan pergantian hari, bulan dan perputaran waktu  ternyata usia kita kian bertambah….

Ketika menjelang pergantian tahun, menjadi kebiasaan diseluruh jagat bumi ini merayakannya dengan penuh suka cita. Dari anak kecil hingga orang dewasa, dari anak muda hingga orang tua,  dari kota hingga kepelosok desa. Seakan-akan melupakan semua kejadian suka dan duka pada masa-masa sebelumnya……
Namun…Pernahkah kita merenung satu menit saja siapakah diri kita? Siapakah yang menciptakan kita? Untuk apakah kita hidup? Dengan siapa saja kita hidup? Apa yang telah kita kerjakan selama ini. Perjalanan hidup kita apakah telah bermanfaat bagi orang-orang disekeliling kita, bagi keluarga, bagi masyarakat dan tempat dimana kita berada?.......

Kita ini hanya makluk ciptaan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa yang sewaktu-waktu, kapan dan dimana saja akan memanggil pulang kita. Kita tidak ada apa-apanya di hadapan Tuhan. Kita hanya sebatang tengkorak berbalut kulit yang berasal dari tanah yang kotor yang di beri rahmat dengan tiupun ruh dan di beri kepercayaan untuk mengelola kehidupan dibumi ini, dan seonggak  tubuh kita ketika meninggal dan berpisah dengan ruh hanya akan menjadi bangkai waktu  ditimbun dengan tanah dan  akan menjadi makanan bagi makhluk di bawah tanah dan dililit akar-akar pepohonan. Sehingga kita bukanlah apa-apa di Mata Allah…..

Saudara-saudariku yang terkasih…..
Dibalik perjalanan hidup kita banyak peristiwa yang terpampang dan dirasakan. Bersyukurlah kita tidak ditimpakan bencana oleh Yang Maha Kuasa. Namun di daerah-daearah lain, saudara-saudara kita mengalami berbagai bencana, korban harta dan korban jiwa menjadi catatan kelam…..

Di luar sana masih banyak orang tidak punya rumah…
Masih banyak orang yg bahkan tidak tahu apakah besok pagi dia masih bisa makan…..
Masih banyak anak-anak yang bahkan tidak tahu sampai kapan mereka akan terus tidur beralaskan koran beratapkan langit …..
Masih banyak mereka yang tertindas, Masih banyak orang-orang tidak mampu berobat ketika mereka sakit dan akhirnya meninggal. Masih banyak orang-orang yang digusur dengan paksa….
Tapi mereka tetap berjuang untuk mempertahankan hidupnya…
Lalu bagaimakah dengan kita? Kita sering mengeluh jika ditimpa kesusahan, kita sering bersuka ria ketika memperoleh kesenangan ataupun rejeki, tapi kita  lupa bersyukur kepada Yang Maha Kuasa bahwa kita masih diberi kesempatan untuk hidup dan bernafas……

Dibalik waktu yang terus  berganti dan mulai menapaki tahun yang terbaru,  menyisakan kenangan yang tak terhingga dan tercatatat dalam lembaran hidup kita . Diantara kita banyak merasakan kesenangan dan kebahagiaan dengan apa yang kita dapat, keluarga yang masih utuh, sukses dalam pekerjaan, tertawa dalam keceriaan……

Namun tidak sedikit diantara kita, merasakan dan melalui suatu penderitaan atau kedukaan, ada yang sudah mengalami kehilangan salah satu anggota keluarganya yang harus lebih dahulu dipanggil Tuhan sang Pencipta sehingga mereka tidak bisa merasakan kegembiraan bersama kita. Ada istri yang kehilangan suami, ada suami kehilangan istri tercintanya, ada orang tua kehilangan anaknya, ada anak kehilangan ayah ataupun ibunya, ada kakak yang kehilangan adiknya, ataupun adik yang ditinggal kakaknya. Mereka pergi mendahului kita semua, mereka hanya meninggalkan suka dan duka selama mereka bersama kita,  sehingga ketika berada dalam rumah dan melihat ke kiri ataupun kekanan dalam isi rumah seakan ada yang hampa dan sepi. Hampa tanpa canda-tawa dan kasih sayang dari orang-orang tercinta yang telah meninggalkan kita. Tetesan air mata ataupun tangis duka mengiringi kepergian mereka. Pernakah walau sesaat dalam sehari kita mengenang mereka? Mengirim do,a untuk mereka? Semuanya hanya diri kita sendiri yang tahu……

Bapak/Ibu Saudara-saudariku yang terkasih…..
Bagi rekan-rekan dan saudara-saudaraku yang masih muda, anda dan saya adalah generasi penerus dari mereka-mereka yang tua. Tapi adakah bekal yang telah kita siapkan untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan mereka? Apakah dengan berlalunya waktu hidup dan kehidupan kita akan berubah. Apakah kita masih seperti yang biasa-biasa saja tanpa ada perubahan yang lebih baik? ……

Bagi saudara-saudaraku yang masih memiliki orang tua yang utuh, apakah kehidupan kita terus bergantung pada mereka? Bagaimanakah jika mereka sudah tiada? Ketika kecil mereka mendidik dan merawat kita, mereka tak pernah merasa lelah bekerja untuk membesarkan kita. Bermandikan keringat, dibawah panas terik matahari / diguyur hujan sekalipun mereka tak pernah gentar dan mengeluh untuk memenuhi kebutuhan kita. Tapi apakah balasan kita untuk mereka? Kita hanya menunjukan sikap seperti menentang mereka, bahkan kita membentak dan mengancam apabila tidak sesuai dengan keinginan kita, kepada ibu yang mengandung kita 9 bulan 10 hari, menahan rasa sakit, bertarung antara hidup dan mati untuk melahirkan kita, kegilasahan ayah untuk keselamatan ibu  dan putra-putrinya,  namun yang mereka dapatkan hanya untaian sikap buruk kita…..

Bapak/Ibu Saudara-saudariku yang terkasih…..
Diwaktu-waktu kemarin dan kini Hampir setahun sebelum waktu beranjak ke sejarah baru , diantara kehidupan kita baik dengan orang lain maupun dalam suatu keluarga, entah sadar ataupun tidak kita terkadang terantuk dalam suatu amarah, dendam, dengki dan kebencian, sehingga tidak bertegur sapa. Demikian pula sebaliknya dalam  Apakah dendam dan kebencian  itu harus tetap tumbuh subur hingga waktu yang akan datang? Kenapa Tuhan yang menciptakan kita bisa memaafkan makhluknya meskipun kesalahan dan dosa yang dibuat sangat besar tapi kita yang merupakan makluk ciptaannya untuk memaafkan sesama sangat berat dan bahkan kebencian tersebut bisa dibawa hingga masuk ke liang lahat. Betapa kebencian itu menjadi teman bagi kita namun tanpa kita sadari bahwa Tuhan mencatat lembaran-lembaran dosa kita…..

Bapak/Ibu Saudara-saudariku yang di rahmati Tuhan….
Bertanyalah dalam diri kita sendiri seperti apakah kita di waktu yang akan datang, Apakah kita masih ada? Jika masih, apakah ada perubahan-perubahan yang akan kita lakukan? Ataukah kita tetap seperti saat ini ataupun sama seperti waktu-waktu kemarin?....
Kita marah karena orang tidak sepaham dengan kita, kita benci karena orang tidak se ide dengan kita bahkan dengan perbedaan keyakinan kita saling menghina, menghujat bahkan berusaha melenyapkan. Sadarkah kita bahwa perbedaan itu sudah takdir, perbedaan itu memang sudah ada dalam diri kita sendiri? Bahwa antara anggota tubuh yang satu dengan yang lain bentuknya tidak sama namun mereka memiliki fungsi masing-masing dan bekerja sama untuk menopang tubuh agar manusia itu bisa hidup. Lihatlah dalam diri anda sendiri samakah bentuk mata dan mulut? Jika tanpa mata untuk melihat dan membedakan makanan yang baik dan buruk apakah mulut serta merta memakannya. Demikian pula jika tanpa tangan yang menyuap makanan,  mungkinkah makanan tersebut berada di mulut? Itulah hidup, bahwa kita memang berbeda tapi kita harus saling bekerja sama untuk   membangun suatu kehidupan dan suatu peradaban.

Marilah kita berjanji dalam diri kita  masing-masing bahwa kita bisa berubah, berubah pada kehidupan yang lebih baik…..
Marilah kita saling berjabatan tangan selalu merajut  tali silaturahmi dan hubungan persaudaraan dan berjanji dalam diri untuk berubah yang lebih baik…..

SELAMAT TAHUN BARU 2016


OLEH : IHSAN.D

Rabu, 30 Desember 2015

MANUSIA; DARI LUBANG KEMBALI KE LUBANG







Pada edisi sebelumnya penulis pernah memposting tentang perdebatan 9 lubang dalam diri manusia. Kali ini kami mencoba menukil  tentang hubungan antara manusia, dari lubang  dan kembali ke lubang. Tanpa mengurangi tupoksi dari organ tubuh yang lain saya coba mengajak kita lebih mencerna tentang lubang sebagai tempat asal dan kembalinya manusia.

Manusia kerap memahami lubang sebagai tempat berdiamnya hal-hal yang menjijikkan dan bahkan mengenakan. Kita mengenal ada lubang/sarang-ular, lubang biawak, lubang semut, lubang hidung yang menyimpan kotoran, lubang telinga juga menyimpan kotoran, bahkan lubang mata menyimpan kotoran. Padahal tanpa disadari kita hidup lantaran adanya lubang. Apakah Anda membayangkan bisa hidup tanpa hidung yang berlubang? Bisakah Anda merasakan kelezatan makanan tanpa mulut yang berlubang? Bisakah Anda melihat tanpa mata yang berlubang? Bahkan kotoran yang menjejali perut dan kantong kemih Anda juga harus dikeluarkan lewat lubang. Bagaimana rasanya orang yang hendak mengeluarkan kencing, tetapi penisnya tak berlubang?

Karena adanya lubang manusia bisa mengalami hidup.  Bahkan awal manusia mengalami hidup berasal dari lubang. Kejadian manusia bermula dari pertemuan mani dan ovum yang sama-sama berasal dari lubang (maaf kemaluan). Pertemuan keduanya berproses menjadi segumpal daging, dan bertumbuh menjadi bayi yang juga dikeluarkan lewat (lubang) wanita. Jika kelahiran melalui lubang, maka kematian manusia pun akan kembali ke lubang, yakni liang lahat.

Tidak sebatas manusia yang mewujud dari lubang, bahkan kehidupan ini berasal dari lubang, andaikan ada lubang yang tertutup tidak akan ada manfaat yang bisa dibagikan. Air yang kita minum juga berasal dari lubang, pepohonan untuk bisa mencapai pertumbuhan sempurna juga harus ditanamkan di tanah yang berlubang. 
Karena itu, jangan pernah kau meremehkan lubang, karena dari lubang seluruh kehidupan ini mengalami realisasi secara optimal. 

Manusia tidak bisa lepas dari lubang. Kiranya bagaimana orang bisa mendapatkan kehidupan tanpa adanya lubang. Lubang mewakili ruang. Ketahuilah, orang mengalami hidup lantaran adanya ruang. Anda bisa duduk menikmati makanan yang terhidang di depan meja lantaran ada ruang yang disediakan untuk Anda. Ruang itu sepertinya tidak ada, padahal ruang itu ada, bahkan ruang mendasari keberadaan segala sesuatu. Mungkinkah Anda melihat segala sesuatu yang mengalami eksistensi di ranah tanpa ruang? 

Memang, kita tidak bisa melihat rupa ruang (lubang), apalagi warnanya, tetapi ia selalu hadir dalam setiap keadaan. Karena lubang itu seakan tidak berbentuk, Anda kurang menghargai kehadiran lubang tersebut. Dan Anda lebih menghargai apa yang keluar dari lubang. Bayangkan, Anda mungkin jijik menyentuh dubur ayam, tetapi Anda tidak pernah jijik kalau menyentuh telur ayam. Padahal Anda sadar, bahwa telur itu keluar dari (lubang) dubur ayam. Manusia yang diciptakan sebagai khalifah ini keluar dari kemaluan. Kemaluan identik dengan suatu yang memalukan, dan hanya layak dihampiri kamaluan juga. Akan tetapi, perlu disadari bahwa dari kemaluan itulah muncul makhluk yang dimuliakan Allah  sebagai khalifah. Kendati Anda berasal dari lubang yang penuh dengan kotoran, Anda mensyukuri kelahiran, dan Anda harus berusaha menumbuhkan kemuliaan yang bertempat dalam diri. Jika manusia mengerti akan asal muasalnya, niscaya dia akan selalu menghargai segala lubang yang melekat padanya dengan cara menjaganya dari segala bentuk kemaksiatan pada-Nya.


Begitu pentingnya lubang, maka manusia harus menjaga lubang-lubang yang lekat pada tubuhnya dari segala sumber penyakit dan kemaksiatan. Melalui lubang-lubang ini penyakit bisa hadir dalam diri manusia. Misalnya mulut mengunyah makanan yang kotor tentu aka nada penyakit yang bersarang di tubuh.  Andaikan orang berbuat kemaksiatan melalui lubang yang terinstalasi pada dirinya berarti tidak bersyukur. tak ayal kalau di kemudian hari manusia akan didepak penderitaan oleh karena perbuatan tersebut. Bayangkan, banyak orang terjangkiti penyakit HIV AIDS lantaran menyalahgunakan lubang. Banyak penyakit yang melanda manusia saat ini oleh karena makanan yang dikonsumsi. Anda pasti sudah tahu makanan tersalurkan lewat lubang mulut. Padahal, ketika manusia menjaga makanan insya Allah kesehatan badannya akan terjaga pula. Mulut disini tidak sekadar terkendali dari masuknya penyakit lahir, tetapi harus terkendali dari masuknya penyakit batin. Bayangkan, tak jarang perseteruan, kebencian yang terus menebar, dan bahkan peperangan bermula dari lisan (mulut). Karena itu, Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “siapa yang menjamin bisa menjaga lisan, maka saya menjamin surga.” Bermula dari fitnah terkadang menyulut permusuhan satu sama lain.


Penyakit juga datang dari udara kotor yang dihirup oleh hidung kita. Karena itu, hidung harus terjaga dari menghirup udara kotor (polutan). Andaikan kita mampu menjaga hidung kita dari menghirup zat-zat yang kotor, insya Allah kesehatan kita tetap terjaga dengan baik.
Demikian juga disini terjadi kerjasama antara lubang-lubang dalam diri manusia. Jika lubang mata sudah melihat makanan yang kotor dan lubang hidung mencium bau yang basi maka lubang mulutpun enggan untuk membuka dan memakannya. Jika lubang telinga sudah mendengar suara yang aneh tentu lubang mulut akan berbicara dan bertanya. Sehingga jika dinalogikan diantara lubang-lubang ini tidak ada yang paling istimewa dan paling penting karena dari lubang-lubang ini kita hadir dan kembali.

Kami mencoba mereview kembali  perdebatan antara 9 lubang dalam diri manusia. Mula-mula 2 lubang Mata berujar, diantara kalian semua akulah lubang yang paling penting karena tanpa aku manusia tidak bisa melihat apa-apa. Manusia tidak bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana yang cantik mana yang jelek serta melihat segala isi dan realita kehidupan di dunia ini.
Perkataan mata ini disanggah oleh 2 lubang telinga yang menguping pembicaraan mata, kata telinga, “Maaf kawan mata, akulah yang paling penting karena tanpa aku manusia tidak bisa mendengar”. Siapapun yang memanggil, apapun yang menyerang dan bunyi-bunyian apapum jika aku menutup lubangku maka manusia tidak akan tahu.

Pekataan mata dan telinga selanjutnya dibantah oleh 2 lubang hidung, “sory kawan-kawan, sebenarnya akulah yang paling penting dan utama. Jika aku tak ada, maka manusia tidak dapat meghirup udara dan bernapas. Jika aku berhenti menghirup udara maka manusia akan mati, dan kalianpun juga akan ikut mati, tegas hidung”.
Lalu mulutpun membantah perkataan hidung, “aku memang hanya sendiri tanpa ada pasangan seperti kalian, tapi akulah yang paling penting karena lewat akulah manusia makan, minum dan berbicara. Jika aku tak membuka pintuku untuk makan dan minum tentu kalian semua akan lemas dan selanjutnya mati mengikuti jasad manusia. Jadi akulah yang terpenting sebagai saluran untuk makan dan minum serta memberi kekuatan dan tenaga bagi manusia termasuk kalian”.

Menyimak dialog dari 7 lubang yang berada diposisi atas pada diri manusia dan ditempat terbuka, lalu 2 lubang yang berada pada posisi bawah dan disembunyikan  ikut ambil bagian dalam percakapan tersebut. “Maaf kawan-kawan semua, kami berdua memang berada dibagian paling bawah dan selalu menerima dan menyalurkan hal-hal yang buruk dan kotor dari kalian semua, namun jika kalian mengatakan bahwa masing-masing kalian adalah lubang yang paling penting, bagaimana jika kami berdua ngambek dan mengunci lubang  kami. Jika kami menahan kotoran depan dan belakang untuk keluar bagaimana reaksi kalian?. Mulut, kamu pasti akan berteriak kesakitan, hidungpun jalan napas anda pasti akan terengah-engah dan ngos-ngosan, Demikian juga telinga, anda pasti akan merasa denging kesakitan dan kawan mata mungkin bola mata dan bagian putih anda akan berputar-putar. Apakah ini yang kalian masing-masing katakan bahwa kalianlah yang paling penting dan utama?

Lalu kedua lubang bawah menegaskan “dalam diri manusia kita memang sudah diciptakan dengan bentuk yang berbeda dan berada pada posisi yang berbeda pula. Tapi tidak ada yang paling penting dan utama. Kita memang sudah diberi tugas dan fungsi masing-masing serta saling bergantung kepada satu sama lain agar manusia bisa hidup. Jadi janganlah saling berdebat dan saling menyakiti karena dari kita 9 lubang ini dosa dan pahala akan berlaku pada manusia. Jika kita terarah pada hal yang baik maka manusia itupun akan baik dan mendapat pahala. Demikan pula sebaliknya jika kita terarah pada hal yang buruk dan maksiat maka manusia itupun akan terjerumus dan berkubang pada lumpur dosa.

Di penghujung tahun 2015, marilah kita merefleksi perjalanan hidup kita baik pada tahun ini maupun tahun tahun sebelumnya dengan melihat pemanfaatan anggota tubuh kita masing-masing. Meskipun dalam ulasan ini terfokus pada lubang-lubang. Lubang kehidupan adalah lubang yang melekat pada tubuh kita yang bisa mendatangkan bahaya dan pahala bagi kita. Jika manfaatkan untuk kebaikan maka baik pula hidup kita namun jika kita manfaatkan untuk kemaksiatan dan kejelekan maka rusaklah hidup kita. Lubnag Mulut jika kita pergunakan untuk menyampaikan hal yang baik dan pesan-pesan cinta maka kita  akan dicintai oleh orang lain. Tapi jika kita memfitnah, menjelek-jelekan orang maka kita akan dibenci dan dijauhi oleh orang lain. demikian pula lubang-lubang lainnya.

Tulisan sederhana ini hanya hendak mengajak Anda agar mensyukuri kehadiran lubang, karena dari lubang inilah Anda bisa menyelenggarakan kehidupan. Selain itu, Anda harus bersabar agar tidak menggunakan lubang-lubang yang menempel pada tubuh pada hal yang dilarang oleh Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Perpaduan syukur-sabar tersebut insya Allah akan mengantar Anda dalam zona kebahagiaan secara berkelanjutan.

OLEH : IHSAN.D 

Sumber Kepustakaan :
versus-versi.blogspot.com







Kamis, 24 Desember 2015

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA CAB. ENDE MENGAWAL IBADAH NATAL 2015



Disela-sela misa malam Natal di gereja Mautapaga Ende, (Kamis 24/12/2015) nampak ada yang berbeda. Ada beberapa pemuda Islam yang berkopiah dan berjilbab, berjibaku dan hilir mudik membantu  aparat Kepolisian Ende. Ini merupakan tindakan pengamanan Ibadah Natal oleh Pergerakan Mahaasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ende.

Pentingnya  menjaga lingkungan yang rukun, aman dan damai bagi bangsa yang majemuk dengan latar belakang berbagai keyakinan dilakukan oleh Pergerakan Mahaasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ende dengan aksi pengamanan Natal di Kota Ende sejak misa malam 24 Desember 2015.
Kegiatan Pengamanan Ibadah Natal yang dilakukan oleh PMII Cabang Ende  ini di pusatkan  pada dua gereja  yaitu di Gereja  Katolik Mautapaga dan Gereja Protestan  (Gereja Syalom) di jalan Pahlawan. Dipilihnya dua titik Gereja ini karena berada pada lokasi yang sangat ramai di jantung kota Ende.


Aziz,  Ketua Umum PMII Cabang Ende mengatakan pihak Gereja menyambut baik  inisiatif partisipasi pengamanan natal dan kami siap membantu kebutuhan teknis di lapangan.  Kami juga sudah koordinasi dengan Kepolisian  Resort Ende untuk kegiatan tersebut, ujar Azis.
Masih menurut azis, inisiatif  yang dilakukan oleh PMII Cabang Ende ini sebagai wujud toleransi  dan kekhasan Kabupaten Ende sebagai Kota Toleransi yang bukan baru terjadi saat ini tapi sudah merupakan tradisi sejak zaman dahulu. 

Aksi ini juga berupaya untuk menangkal paham radikal dan sikap intoleransi yang  akhir-akhir ini terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Intinya satu, kita jaga kedamaian. Kita juga menghargai bagi mereka yang merayakan Natal, karena mereka juga merupakan warga Indonesia dan saudara ataupun keluarga kita sendiri, tegas Azis.

Sudah menjadi kebiasaan dari warga Ende setiap datangnya hari raya keagamaan seperti hari raya umat Islam maka ketika Ibadah Shalat  dijaga oleh umat kristiani sebaliknya di hari Natal dan Paskah giliran umat muslim bergantian melakukan pengamanan," katanya.


Kerukunan yang telah terbina sejak zaman nenek moyang  ini tetap terjaga sehingga pembangunan semua sektor di Kabupaten Ende berjalan dengan  baik. Kiat boleh berbeda, tapi Tanpa rasa cinta, kerukunan  dan kedamaian maka proses pembangunan di sektor lain akan terhambat.

SELAMAT HARI RAYA NATAL 2015 & TAHUN BARU 2016

BY; addmin athanua